Alkitab, sebuah buku tebal yang mungkin barangkali readers malas membacanya, karena menurut saya wajar sebab ayat-ayat dalam Alkitab ini sulit dipahami dan dimengerti kecuali jika kita membacanya berkali-kali. Tapi belum tentu apa yang kita tangkap dalam ayat itu pasti sama dengan orang yang membaca ayat itu juga.
Perbedaan paham bisa dimengerti tapi jika perbedaan pemahaman seseorang dipaksakan pada orang lain, itu yang menjadi masalah. Keimanan seseorang tidak bisa diukur dengan neraca pemahaman orang tersebut akan kitab suci, begitu juga sebaliknya pemahaman orang lain akan ketuhanan tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengenal ketuhanan.
Disini saya ingin mengemukakan beberapa hal yang selama ini mengganjal dan menjadi pertanyaan yang cukup membuat jengkel teman-teman saya, dan seringkali saya dianggap sok tahu, pragmatis atau bahkan dianggap menyerang keimanan iman Kristen seseorang, tapi sebenarnya saya hanya ingin mengajak pada orang-orang Kristen untuk sejenak berpikir sedikit saja tentang Alkitab ini, penting ga sich mempertanyakan Alkitab??
Nah, ini pendapat saya :
1. Alkitab adalah sebuah buku yang dihasilkan oleh otoritas gereja yang se'enak udel menjilid, menyisipkan kitab lain agar sesuai dengan dogma kekristenan itu sendiri.
dasar saya adalah :
a. Kanonisitas
Kanonisasi pada Alkitab baik itu PL dan PB, berfungsi sebagai semacam badan sensor atau alat ukur untuk menilai kitab-kitab lain sebagai pedoman iman dan hidup orang Kristen, sejauh ini saya masih mengerti perlunya kanon ini karena selama perkembangan kekristenan dipenuhi dengan kitab-kitab sesat, dan karena itu agar kitab-kitab sesat ini tidak tercampur dengan kitab-kitab yang sudah diakui sebagai kitab yang benar maka perlu dikanonisasi.
Perjanjian Lama
Umat Yahudi mengakui 39 kitab(dalam perkembangannya kedua kitab Samuel yaitu 1 Samuel dan 2 Samuel; kedua kitab Raja-raja yaitu 1 Raja-raja dan 2 Raja-raja; kedua kitab Tawarikh yaitu 1 Tawarikh dan 2 Tawarikh; kitab Ezra dan kitab Nehemia dan 12 kitab nabi-nabi kecil dijadikan 1 buntelan kitab; lalu kemudian kitab Ruth digabungkan dengan kitab Hakim-hakim; begitupula dengan kitab Ratapan digabungkan dengan kitab Yeremia)
umat Yahudi juga mengakui kanonisasi yang berdasarkan kitab-kitab Yunani sebagai Septuaginta. dalam Vulgata (tradisi Katolik dalam hal kanonisasi) PL di tambahkan kitab Deuterokanonika yaitu kitab Tobit, Yudith, 1&2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Shirakh, dan kitab Barukh, lalu juga ada tambahan pada kitab Esther, Daniel dan Tawarikh dengan kitab-kitab lain yg tidak jelas asal-usulnya. umat Protestan pasti tidak pernah mengenal kanonisasi vulgata, karena kitab-kitab tsb dianggap apokrif.
Perjanjian Baru
secara sistematis PB(Perjanjian Baru) dibagi atas 4 injil, Kisah Para Rasul, surat-surat non-Paulus(Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1,2,3 Yohanes dan Yudas), surat-surat Paulus dan kitab Wahyu.
- Jelas menjadi masalah ketika surat-surat si Paul menjadi bagian dari PB karena menurut saya surat-surat si Paul sangat ideal jika dijadikan kitab rujukan saja, mengapa?? begini readers, surat-surat si Paul berisi khotbah-khotbah dan teguran-teguran si Paul pada jema'at Kristen perdana, karena khotbah Paul tidak jauh berbeda dengan khotbah-khotbah pendeta di gereja dan ironisnya khotbah tsb dijadikan buntelan kitab lalu digabungkan dengan PB, ini sungguh menggelikan, jadi jangan hairan jika orang lain mengatakan bahwa kekristenan didirikan oleh ajaran-ajaran si Paul.
- Begitu juga dengan surat-surat non-paulus, karena surat-surat tsb dibuat oleh orang-orang yang 'tidak bertanggung-jawab' yang asal-usulnya saja kita tidak tahu, lagi-lagi ironis, surat-surat tsb dijadikan buntelan kitab lalu digabungkan dengan PB. Memang dalam PL juga 'sang' penulis tidak diketahui, tapi karena sang penulis sezaman dengan 'jalan cerita' (kecuali kitab Kejadian) dan diakui oleh masyarakat pada zaman itu. tidak seperti surat-surat dalam PB yang asal main comot saja.
b. Deuterokanonika
Sama halnya dengan Kanonisitas, hanya ini berasal dari Vulgata kanonisasi Katolik begitupula dengan kanonisasi Protestan, hanya bedanya kitab-kitab Deuterokanonika/Apokrif(dalam istilah Kristen) digabungkan dengan kitab PB sedangkan kaum Protestan menganggapnya terpisah dan tidak boleh digabungkan dengan kitab PB, catatan buat saya;bahwa saya memuji tindakan kaum Protestan akan hal ini. tapi tidak merubah pandangan saya pada penambahan kitab-kitab yang seharusnya ditambahkan pada PB seperti surat -surat Paulus dll
2. Penerjemahan Alkitab pada bahasa-bahasa dunia sangat rawan manipulasi dan salah tata-bahasa.
Ada tidaknya bentuk pertanggung-jawaban dalam penerjemahan tidak lepas dari sumber Alkitab itu berasal darimana, saya sendiri tidak mengetahui Alkitab yang asli dimana tapi ini tidak menjadi persoalan yang penting karena terjemahan berbagai bahasa mengacu pada pemahaman yang sama, jika ada yang berbeda barulah pertanyaan Alkitab yang asli itu ada dimana bisa diutamakan dalam blog saya ini.
masalah utama yang dihadapi orang Kristen di Indonesia ini adalah penerjemahan tata-bahasa, apalagi bahasa Indonesia adalah bahasa poluted, saking polutednya dalam setiap ayat dalam Alkitab selalu ada ayat pengantar yang mengacu pada ayat tsb.
contoh: Matius 5 : 3
Inggris : Blessed (happy, to be envied, and spiritually prosperous--with life-joy and satisfaction in God's favor and salvation, regardless of their outward conditions) are the poor in spirit (the humble, who rate themselves insignificant), for theirs is the kingdom of heaven!
Indonesia : Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Dalam terjemahan Inggris jika diterjemahkan secara harafiah akan menjadi "Berbahagialah orang yang miskin dalam roh ......". Dalam pengertian TB (Terjemahan Baru), bahwa yang dimaksud orang miskin adalah orang miskin secara fisik, padahal secara harafiah dan analisa penerjemahan akan berbeda pengertian tapi tidak juga salah. Ini sangat membingungkan jika tidak ada Alkitab berbahasa Ibrani atau Yunani sehingga kita bisa cross-check, tapi kita tidak mau selalu harus mengecek setiap penggalan ayat pada Alkitab berbahasa Ibrani atau Yunani bukan??capek banget kalo begitu. Jadi menurut saya, seharusnya Alkitab yang baik adalah penambahan bahasa terjemahan dengan bahasa penerjemah seperti Alquran selalu menyertai tata-bahasa Arab dengan terjemahannya.
Oke, sampai disini dulu saja karena masih banyak hal yang perlu dibahas mengenai Alkitab ini
NB : Saya tidak ingin menghakimi seseorang atau kelompok, saya adalah seseorang yang kritis saja
Peace be upon you ...