Kamis, 04 November 2010

Virgin Mary, kontradiksi yang perlu diketahui



Ave Maria, gratia plena,
Maria, gratia plena,
Maria, gratia plena,
Ave, Ave, Dominus,
Dominus tecum.
Benedicta tu in mulieribus, et benedictus,
Et benedictus fructus ventris,
Ventris tui, Jesus.
Ave Maria!

Ave Maria, Mater Dei,
Ora pro nobis peccatoribus,
Ora, ora pro nobis;
Ora, ora pro nobis peccatoribus,
Nunc et in hora mortis,
In hora mortis nostrae.
In hora, hora mortis nostrae,
In hora mortis nostrae.
Ave Maria!

Lagu ini buat saya adalah lagu terbaik buat saya, tapi saya harus akui saya naif dengan lagu ini, secara keseluruhan dalam lyric tersebut saya jelas menolaknya.

saya sebagai seseorang yang mencari kebenaran dengan mempelajari banyak ilmu secara interdisipliner, menyadari bahwa agama hanya sekumpulan dogma dan simbol tertentu yang mengacu kepada ‘suatu makna’ di balik itu. “sesuatu”  ini yang sukar dijelaskan oleh kata-kata yang gamblang.  Namun para agamawan begitu mudahnya menjuridis dan menjadikan ritual, dogma sebagai kebenaran final, kebenaran dalam dirinya, sehingga berkubang di situ dan tidak mampu menempus makna di balik itu.

Para pemeluk agama seringkali lupa atau bermimpi di bawah alam sadar mereka, dan tidak pernah mau bangun untuk meninggalkan itu semua, karena mimpi yang dimimpikan terlalu indah untuk ditinggalkan, seakan-akan mereka hidup dalam kehidupan nyata.

ketika ajaran-ajaran kristen khususnya katolik (baik itu roma atau orthodox) berkembang di wilayah-wilayah dimana paham politheisme berkembang, seperti semenanjung anatolia, yunani dan romawi atau di belahan dunia lainnya, maka ajaran katolik dibakukan. Nafsu politheistik mereka dicari akarnya dalam iman Kristen, maka diciptakanlah figur2 santo dan santa selain Jesus dan tuhannya orang Israel. Bible sendiri tidak pernah menyanjung-sanjung maria sedemikian rupa. Adalah karena budaya dan kebutuhan devosi saja yang menjadikan figure maria, santo dan santa serta para martyr Kristen dijadikan obyek devosi.

Maria, korban objectivitas politheisme dalam kekristenan, menurut saya adalah objek pelampiasan hasrat pengagungan karya seorang Ibu, Bunda, Mama yang dalam kekristenan hanya menganut patriakal.

Coba kita bandingkan dengan nasib hawa, apakah seberuntung nasib maria??
Rachel??
Ester??dan yang lainnya
(saya yakin anda, pembaca pasti tertawa).
apakah takdir maria sebagai ibunda Jesus, sehingga harus dihormarti secara berlebihan??
apakah maria ini punya kualitas karakter yang mulia yang tidak dimiliki ibu-ibu yang lain??
BELUM TENTU

apakah jika Jesus dilahirkan dari kuda, maka dalam kekristenan kuda itu sebagai santa-kuda??

konsepsi dalam kekristenan inilah yang membuat agama menjadi barang mainan khayalan para agamawan

1 komentar: